Bekam, atau dikenal juga dengan istilah cupping therapy, merupakan praktik kesehatan tradisional yang telah digunakan selama berabad-abad, terutama di dunia Timur. Dengan semakin populernya terapi bekam, muncul pertanyaan di kalangan masyarakat dan praktisi kesehatan tentang langkah-langkah selanjutnya setelah melakukan bekam, khususnya mengenai apakah boleh dilakukan pijat setelah terapi ini. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang aspek kesehatan yang perlu diperhatikan, serta memberikan panduan yang sesuai berdasarkan bukti ilmiah dan pandangan ahli.
1. Kondisi Tubuh Setelah Bekam

Bekam bekerja dengan cara menciptakan hisapan pada kulit menggunakan cangkir atau alat serupa. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan aliran darah di area tertentu, mengurangi nyeri otot, serta merangsang proses penyembuhan tubuh secara alami. Setelah sesi bekam, tubuh berada dalam kondisi di mana sirkulasi darah dan energi tubuh mengalami perubahan signifikan.
Dalam kebanyakan kasus, tubuh akan menunjukkan tanda-tanda fisik pasca-bekam seperti memar, kemerahan, atau bahkan sedikit bengkak. Hal ini terjadi karena pembuluh darah kecil di bawah kulit mengalami tekanan, sehingga darah dan cairan lainnya mengalir menuju area yang telah diberikan tekanan. Oleh karena itu, penting untuk memahami bahwa kondisi tubuh setelah bekam memerlukan perhatian khusus sebelum melakukan langkah-langkah perawatan selanjutnya, seperti pijat.
2. Waktu Istirahat yang Dibutuhkan

Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul adalah: berapa lama seseorang harus menunggu setelah bekam sebelum menerima pijat? Jawabannya sangat bergantung pada kondisi individu dan respon tubuh terhadap terapi bekam. Namun, secara umum, tubuh memerlukan waktu istirahat yang cukup untuk memulihkan diri setelah sesi bekam.
Setelah terapi bekam, disarankan untuk memberikan jeda waktu antara 24 hingga 48 jam sebelum melakukan pijat. Hal ini untuk memastikan bahwa tubuh memiliki cukup waktu untuk menormalkan sirkulasi darah, mengurangi peradangan, serta menghindari potensi iritasi kulit yang dapat terjadi apabila terlalu cepat melakukan pijat. Terapi yang terlalu cepat dapat memperburuk kondisi kulit atau bahkan memperpanjang waktu pemulihan tubuh.
3. Potensi Iritasi Kulit

Bekam, meskipun efektif dalam memperlancar aliran darah dan meredakan ketegangan otot, dapat menyebabkan beberapa efek samping pada kulit. Memar dan kemerahan adalah respons umum tubuh setelah bekam, dan hal ini menunjukkan bahwa kulit mengalami tekanan signifikan. Dalam beberapa kasus, individu juga dapat mengalami gatal atau iritasi kulit ringan akibat kontak antara kulit dan alat bekam.
Pijat yang dilakukan terlalu cepat setelah bekam dapat memperburuk kondisi ini. Pijatan yang intens pada area yang telah dibekam dapat memperparah memar, menyebabkan rasa nyeri lebih lanjut, atau bahkan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah yang sudah lemah. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa kulit telah sepenuhnya pulih dari efek bekam sebelum melanjutkan dengan terapi pijat.
4. Jenis Pijat yang Aman

Tidak semua jenis pijat cocok dilakukan setelah bekam. Beberapa jenis pijat, seperti pijat jaringan dalam (deep tissue massage), yang menggunakan tekanan kuat, mungkin terlalu agresif bagi tubuh yang baru saja mengalami perubahan sirkulasi akibat bekam. Sebaliknya, pijat yang lebih lembut dan relaksasi, seperti pijat Swedia atau pijat aromaterapi, cenderung lebih aman dan nyaman untuk dilakukan.
Penting juga untuk memastikan bahwa terapis pijat memahami kondisi tubuh setelah bekam. Terapis yang berpengalaman akan mampu menyesuaikan teknik pijat untuk menghindari tekanan berlebih pada area yang telah dibekam. Fokus utama pijat pasca-bekam adalah memberikan kenyamanan, mengurangi ketegangan, serta meningkatkan relaksasi tanpa mengganggu proses pemulihan alami tubuh.
5. Konsultasi dengan Terapis

Konsultasi dengan terapis sebelum dan sesudah terapi bekam adalah langkah yang bijak. Setiap individu memiliki respons tubuh yang berbeda terhadap terapi bekam dan pijat, sehingga penting untuk mendiskusikan kondisi fisik Anda secara rinci dengan terapis. Terapis yang kompeten akan mempertimbangkan berbagai faktor, seperti kondisi kulit, tingkat ketegangan otot, serta riwayat kesehatan Anda sebelum memberikan rekomendasi pijat pasca-bekam.
Selain itu, konsultasi juga memungkinkan terapis untuk memberikan saran yang sesuai terkait jenis pijat dan durasi yang ideal bagi tubuh Anda. Dalam beberapa kasus, terapis mungkin akan menyarankan untuk menunda pijat hingga tubuh benar-benar pulih dari efek bekam. Komunikasi yang baik antara pasien dan terapis sangat penting untuk memastikan bahwa kedua terapi tersebut memberikan manfaat maksimal tanpa menimbulkan risiko.
6. Efek Bekam dan Pijat pada Sirkulasi Darah

Baik bekam maupun pijat dikenal karena kemampuannya dalam memperlancar sirkulasi darah. Bekam bekerja dengan menciptakan tekanan negatif di bawah kulit yang merangsang aliran darah menuju area tertentu. Hal ini membantu meningkatkan oksigenasi jaringan dan mempercepat proses penyembuhan. Pijat, di sisi lain, juga memiliki efek serupa dalam meningkatkan aliran darah, tetapi melalui tekanan fisik yang diberikan secara langsung pada otot dan jaringan lunak.
Namun, ketika kedua terapi ini dilakukan terlalu berdekatan, ada risiko bahwa tubuh akan mengalami overstimulasi. Sirkulasi darah yang berlebihan dalam waktu singkat dapat menyebabkan tubuh menjadi kelelahan, memicu pembengkakan, atau memperburuk kondisi peradangan. Oleh karena itu, penting untuk memberikan jeda waktu yang cukup di antara kedua terapi ini untuk memungkinkan tubuh menyeimbangkan sirkulasi darah secara alami.
7. Pengaruh terhadap Proses Pemulihan

Setelah tubuh menjalani bekam, proses pemulihan tidak hanya terjadi pada permukaan kulit tetapi juga pada tingkat internal. Bekam merangsang respons penyembuhan alami tubuh, termasuk peningkatan produksi sel darah putih dan perbaikan jaringan yang rusak. Dalam periode pemulihan ini, tubuh memerlukan waktu untuk menyerap manfaat terapi dan memperbaiki diri tanpa gangguan.
Melakukan pijat terlalu cepat setelah bekam dapat menghambat proses pemulihan ini. Tekanan tambahan pada jaringan yang sudah mulai pulih dapat mengganggu aliran darah yang baru saja dinormalisasi, serta memperpanjang waktu pemulihan. Oleh karena itu, penting untuk memberi tubuh waktu istirahat yang cukup sebelum melanjutkan dengan terapi fisik lainnya.
8. Kapan Sebaiknya Pijat Dilakukan Setelah Bekam?

Untuk memastikan bahwa tubuh mendapatkan manfaat maksimal dari bekam dan pijat, sebaiknya pijat dilakukan setidaknya 2-3 hari setelah bekam. Dalam rentang waktu ini, tubuh biasanya telah menyelesaikan sebagian besar proses pemulihan awal, dan risiko iritasi atau memar lebih lanjut berkurang. Jika terdapat tanda-tanda bahwa tubuh belum sepenuhnya pulih, seperti nyeri berkelanjutan atau memar yang belum memudar, lebih baik untuk menunda pijat hingga kondisi tubuh benar-benar siap.
Selain itu, kondisi kesehatan umum individu juga mempengaruhi waktu yang tepat untuk melakukan pijat. Orang dengan kondisi kesehatan kronis, seperti gangguan peredaran darah atau penyakit kulit tertentu, mungkin perlu waktu pemulihan yang lebih lama dan harus berkonsultasi dengan profesional kesehatan sebelum menjalani terapi lanjutan.
Pemesanan Jasa Pijat Bekam klik link di bawah ini
Kesimpulan
Bekam dan pijat adalah dua bentuk terapi fisik yang populer dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Namun, penting untuk memahami bahwa kedua terapi ini memerlukan perhatian khusus agar tidak saling mengganggu manfaatnya. Secara umum, pijat dapat dilakukan setelah bekam asalkan tubuh diberi waktu istirahat yang cukup, biasanya antara 24 hingga 48 jam.
Sebelum memutuskan untuk melakukan pijat setelah bekam, penting untuk mempertimbangkan kondisi tubuh, jenis pijat yang dipilih, serta melakukan konsultasi dengan terapis yang berpengalaman. Dengan pendekatan yang tepat, kedua terapi ini dapat saling melengkapi dan memberikan manfaat maksimal bagi kesehatan dan kesejahteraan tubuh secara keseluruhan.
Menjaga keseimbangan antara manfaat bekam dan pijat adalah kunci untuk mendukung proses penyembuhan alami tubuh, serta memastikan bahwa kedua terapi tersebut bekerja secara sinergis tanpa menimbulkan risiko tambahan bagi kesehatan.